- PENDAHULUAN
SMP Negeri 2 Giritontro, memiliki siswa sebagai sumber belajar irisan wilayah 3 kecamatan; Giritontro, Pracimantoro dan Paranggupita. Berada pada bagian pinggiran selatan Kabupaten Wonogiri dengan kekhasan masyarakat agraris tradisional. Namun demikian, percepatan teknologi informasi membuat karakteristik khas masyarakat yang unik. Keunikannya terutama berada pada kondisi ketidaksiapan pemanfaatan teknologi informasi, terutama yang mendukung aktivitas belajar secara umum. Teknologi informasi yang pada turunan fisiknya mewujud pada pemanfaatan telephone genggam (HP) yang mewabah hamper semua masyarakat, belum bias dioptimalkan sebagai sarana yang mendukung pembelajaran. HP ini telah merubah secara cepat perilaku masyarakat dalam hal cara berkomunikasi dalam pengertian yang luas.
Terutama pada tataran anak sekolah, pada ukuran tertentu penggunaan HP telah menyentuh pada batas yang mengkhawatirkan terutama pada perkembangan fisik dan kejiwaan mereka. Anak-anak menjadi tak terkendali dalam bermain HP, baik dalam waktu penggunaannya dan atau pemanfaatannya. Secara bebas, anak-anak dapat berkomunikasi dengan orang yang nyaris tak terbatas, pada saat yang sama juga bias menelusuri konten-konten yang berbahaya. Telah lumrah kita temukan, anak-anak memiliki egoism yang tinggi yang diasumsikan dari kecenderungan bermain HP di tangan mereka.
Hal ini ternyata juga membawa pengaruh kebiasaan belajar di rumah yang harus mereka bangun. Anak-anak usia SMP di masa kini (tahun 2020-an) telah mengenal HP sejak mereka berusia anak-anak. Pelan- pelan terbentuk kebiasaan yang drastic, merubah dengan gaya hidup disbanding masa seusianya jika ditarik mundur sepuluh tahunan ke belakang. Pada saat itu, kebiasaan belajar antara pukul 17.00 sampai dengan 21.00 masih lumrah dan relative mudah untuk mengondisikan. Hal yang sangat berbeda dengan dunia anak-anak sekarang. Mereka tidur dalam waktu yang relative malam, tetapi jauh dari pada aktivitas belajar. Karena mereka sudah berada di lingkungan rumah, jelas guru- gurunya tidak bias mengontrol sebagaiman jika mereka berada di sekolah saat waktu belajar regular.
Kenyataan ini membuat masyarakat atau orang tua seperti kehilangan akal dan cara untuk mengontrol sekaligus membentuk kebiasaan belajar yang baik bagi anak-anak mereka. Hal ini diakibatkan pula kekurangtahuan cara mendidik yang seharusnya kecuali pada kekuatan kewenangan subyektif sebagai orang tua, yang pada kenyataannya kurang memberikan hasil yang baik. Dengan latar belakang ini, jelas kiranya bahwa membersamai masyarakat orang tua untuk berdiri sebagai penjaga sekaligus guru di rumah menjadi urgen dan mendesak. Masyarakat harus dicerahkan pemahamannya, yang pada gilirannya menjadi orang terdepan membentuk masyarakat pembelajar yang sesunggunya. Pemikiran ini jauh dari tujuan menjadikan orang tua menjadi guru bagi anak-anaknya; meskipun jika ini bias dilakukan akan memberikan hasil yang lebih baik, tetapi lebih pada keikutsertaan mereka menjadi agen pembelajar dengan menciptakan ruang, kondisi dan situasi yang mendorong terciptanya iklim belajar bagi anak-anak dan lingungannya. Berikut gambaran umum Inovasi SMP Negeri 2 Giritontro:
- Inovasi ini dimotori oleh SMP Negeri 2 Giritontro dengan melibatkan Pemerintah Desa Jimbar, Kecamatan Pracimantoro sebagai kolabor kegiatan utama.
- Obyek kegiatan adalah orang tua murid SMP Negeri 2 Giritontro yang berdomisili di desa Jimbar.
- Meskipun orang tua menjadi obyek kegiatan, tetapi secara organisasi keluarga ia berperan menjadi subyek utama dalam menciptakan iklim dan budaya belajar di lingkungan rumahnya.
- Keberhasilan kegiatan ini dipulangkan pada ukuran-ukuran yang inisiasi oleh sekolah kemudian didiskusikan untuk menjadi kesepakatan untuk diwujudkan bersama dalam pereode waktu tertentu.
- Segala perkembangan kegiatan dicatat dan secara berkala dievaluasi secara tertulis dalam lembar intrumen evaluasi.
- TAHAPAN KEGIATAN
- Tahap Sosialisasi
- Sosialisasi awal diinisiasi oleh sekolah dengan berkunjung ke Pemerintahan Desa Jimbar dengan menawarkan kerjasama kegiatan. Kesepakatan itu dituangkan dalam MoU bersama.
- Sosialisasi berikutnya ditujuan kepada orang tua murid yang diinisiasi oleh Pemerintah Desa dan bertempat di kantor Desa. Hal ini bertujuan, bahwa gerakan ini tidak semata-mata menjadi tanggung jawab sekolah tetapi secara bersama anatar Pemerintah desa, Masyarakat Orang Tua dan Sekolah.
- Tahap Pelaksanaan Kegiatan
- Meskipun ada istilah pelaksanaan, namun sesungguhnya aktivitas di masyarakat tetap bersifat alamiah. Hanya peran orang tua yang dikontrol, sekaligus dicatat dengan minta pendapat pula kepada anak-anak mereka.
- Selama kegiatan berlangsung, yang dibagi menjadi 3 tahap: yaitu
1) Dua bulan tahap pertama
2) Dua bulan tahap kedua
3) Dua bulan tahap ketiga
- Masing-masing tahap dievaluasi dalam butir-butir instrument yang dievaluasi perkembangannya. Selama itu secara informal dilakukan musyawarah, diskusi dan mengatasi permasalahan- permasalah yang timbul selama tahapan kegiatan.
- Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Setalah dilakukan evaluasi dari setiap tahap, diharapkan kemudian menjadi kebiasaan masyarakat yang positif dalam menciptakan masyarakat pembelajar. Tindaklanjutnya adalah rekomendasi kegiatan ini yang meluas ke desa yang dengan pola kegiatan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat.
- PERAN MASING-MASING PIHAK YANG TERLIBAT
- SEKOLAH
a) melakukan penyuluhan kepada orang tua tentang Tugas dan Kewajiban orang tua dalam hal belajar anak-anaknya di rumah.
b) Membuat instrument pengukuran keberhasilan kegiatan.
c) Menentukan butir-butir kegiatan yang diukur secara berkesinambungan.
- PEMERINTAH DESA
a) Mengontrol kegiatan masyarakat yng berhubungan dengan kegiatan menciptakan masyarakat pembelajar.
b) Membuat catatan khusus yang terjadi selama kegiatan untuk didiskusikan dengan pihak sekolah atau orang tua murid.
- ORANG TUA MURID
a) Melaksanakan perannya dalam mendampingi kegiatan belajar anak-anaknya dan keluarganya sesuai yang menjadi arahan sekolah dan pemerintah desa.
b) Melaporkan permasalahan yang timbul kepada sekolah atau pemerintah desa selama tahapan kegiatan dilaksanakan.
- UKURAN KEBERHASILAN KEGIATAN
- Setiap rumah mematikan HP dan Televisi antara jam 18.00 sd 21.00
- selama tiga jam tersebut, terisi dengan aktivitas
a) Pembiasaan Ibadah
b) Tertib Makan Malam
c) Tertib Belajar
- Terjadi komunikasi yang positif antara anggota keluarga dengan ukuran:
a) Menurunnya intensitas komunikasi antar keluarga yang bernuansa marah
b) Perasaan nyaman pada anak-anak mereka dengan ukuran
1) Dalam memberikan nasihat tidak ada lagi unsur membandingkan dengan sesame anak tetangga
2) Lebih banyak menggunakan nuansa positif dalam memberi dan menerima nasihat antar keluarga
3) Kedua ukuran tersebut secara sederhana telah disosialisasikan kepadaorang tua
c) Mulai tumbuhnya pemanfaatan HP untuk mendukung aktivitas belajar, lebih mencari pemanfaatan vasilitas yang positif dan terkontrolnya pemanfaatan HP untuk bermain game pada durasi tertentu.
Untuk buku panduan dalam format pdf dapat anda download di sini !